Google Webmaster Tools
 
“Akan diapakan tulisan kita kalau kita bisa merampungkan buku secara cepat? Penerbit juga belum tentu mau menerbitkan naskah kita.”

Beberapa kali, dalam berbagai kesempatan berbeda, pertanyaan seperti itu diajukan. Dan dengan pertanyaan seperti itu, kautahu, orang tidak perlu memaksakan diri menulis atau ingin bisa menulis, entah menulis cepat maupun lambat. Selama kau tertarik menulis, pertanyaan di atas tidak relevan. Dan tetap tidak relevan ketika rumusannya diganti begini: “Akan diapakan tulisan kita kalau kita bisa merampungkan buku secara lambat? Penerbit juga belum tentu mau menerbitkan naskah kita.”

Dan setiap pertanyaan yang tidak relevan mestinya dibuang saja.

Tetapi bahkan ketika kau memiliki keraguan seperti itu, tetap perlu bagimu untuk menulis cepat. Ketika kau bisa menulis cepat, kau memiliki dua pilihan apakah akan menulis cepat atau lambat. Ketika kau hanya mampu menulis lambat, pilihanmu hanya menulis dengan cara merayap.

Jika kau tetap memilih menulis, sebenarnya akan lebih baik bagimu untuk menjadi makin cakap, dan melandasi tindakan menulis itu dengan pemikiran sebaik-baiknya tentang apa yang bisa kaucapai dengan menulis.

Perkara ditolak-tolak, kau perlu tahu rahasia ini: Para penulis yang baik biasanya juga orang-orang "bodoh”. Mereka terlalu bodoh sehingga tidak mampu memahami bagaimana sakitnya ditolak-tolak. Mereka terus saja menulis dan mengirimkan naskah mereka ke penerbit, mengirimkan artikel atau cerpen mereka ke media-media. Dan, karena tidak tahu rasa sakitnya ditolak, mereka biasanya lebih bergairah menulis dibandingkan orang-orang yang menulis dengan kekhawatiran bahwa naskah mereka paling-paling ditolak.

Yah, kau tidak bisa membangun rumah dengan mempertahankan pemikiran paling-paling rumah ini nanti ambruk.

A.S. Laksana
Menulis Buku dalam 21 Hari
rasheed shad
25/4/2012 09:25:50 pm

thats fired me up to write ;-)

Reply
25/6/2012 03:14:42 pm

Just reading up on some of this lately, was interesting.

Reply



Leave a Reply.


Google Analytics