Merenungkan Cara Berpikir Bombastis
Saya baru saja memberi saran kepada seseorang agar sesekali ia mengembangkan pemikiran bombastis atau hiperbolik atau muluk-muluk ketika seorang kawan baik menelepon. Ia memberi kabar bahwa ia sudah menyelesaikan naskah novelnya. “Bukan 21 hari, tetapi 39 hari,” katanya. “Tetapi itu kecepatan menulis yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya dan tidak pernah saya bayangkan.”
Seseorang yang lain menyampaikan, setelah novelnya terbit, bahwa ia baru bisa menyelesaikan penulisan bukunya dalam 3 bulan. Ia bilang tidak bisa terlalu berkonsentrasi menulis. “Yah, tapi itu alasan saja,” katanya. “Sebetulnya karena saya suka menunda-nunda.” Gagasan tentang berpikir bombastis itu saya sampaikan sekali lagi kepada teman lain yang juga merampungkan draft bukunya dalam 30 sekian hari. Itu mungkin salah satu saran paling serius yang pernah saya sampaikan. Dan saran tersebut sekarang saya ulangi dalam tulisan ini dengan alasan yang sama bahwa kadang-kadang kita perlu juga menjadi lebay. Tentu tidak apa-apa jika anda tidak setuju. Apalagi jika anda memang berkecenderungan hati-hati terhadap saran dari orang lain. Atau mungkin anda beranggapan, “Hanya saya yang tahu apa yang terbaik bagi diri saya sendiri.” Itu pernyataan yang bagus. Sebaik-baik keadaan adalah ketika anda tahu apa yang terbaik bagi diri sendiri. Saya percaya pada ucapan, dan saya juga percaya pada apa yang tidak diucapkan. Maksud saya, situasi faktual anda hari ini akan mengabarkan kepada seluruh makhluk penghuni dunia dan akhirat apakah anda betul-betul tahu apa yang terbaik bagi diri anda sendiri. Berkah dari Pemikiran Muluk-Muluk Salah satu contoh terdekat tentang apa yang muluk-muluk, yang menyangkut diri saya sendiri, adalah materi dan pelatihan Menulis Buku dalam 21 Hari: Metode Hypnotic SpeedWriting. Saya pikir bahkan saya masih terlalu moderat untuk urusan ini. Yang saya inginkan sebetulnya membuat materi tentang bagaimana cara menulis buku dalam 3 hari saja. Saya selalu gregetan pada orang-orang terampil yang sanggup bekerja cepat. Salah satu yang membikin saya jengkel adalah Edward de Bono, yang menulis salah satu bukunya hanya dalam waktu empat pagi hari. Dan itu buku dengan judul Buku tentang Kearifan. Anda tahu, itu judul yang seram dan tidak main-main. Saya tidak akan terpacu jika ada orang menyampaikan bahwa ia menulis buku berjudul Kumpulan Status Lebay: Panduan Mujarab bagi Facebooker dalam waktu 2 hari. Untuk judul buku semacam itu, waktu dua hari saya pikir terlalu lama. Anda bisa menghasilkan sebuah buku tebal hanya dalam waktu beberapa jam mengikuti aliran status teman-teman fesbuk anda. Rasa jengkel pada de Bono membuat saya berpikir bahwa suatu saat saya akan menulis buku berjudul Kitab tentang Kebebalan dan membuat pengantar yang menjelaskan bahwa buku itu ditulis hanya dalam waktu 3 petang hari di sela-sela saya memberi makan hamster. Hanya saja, sebelum saya tahu kapan niat itu akan kesampaian, saya menemukan sebuah buku lain yang, menurut pengakuan penulisnya, diselesaikan dalam waktu hanya 3 jam. Ia buku tipis saja, 100 halaman, dan penulisnya saya pikir bisa mempertanggungjawabkan pengakuannya. Dalam pendahuluan buku tersebut, ia menyampaikan bahwa di sela-sela jadwalnya yang amat padat tiba-tiba muncul dorongan untuk menulis buku. Lalu ia mencari waktu untuk menulis dan hanya bisa menemukan kesempatan yang sedikit longgar selama tiga jam. Yang ia lakukan untuk memanfaatkan waktu tiga jam itu adalah menuangkan gagasannya secara lisan di depan alat perekam. Mungkin ia bicara sangat cepat dan hanya sekali menarik nafas dalam rentang waktu tiga jam itu. Tanpa bermaksud meragukan kebenarannya, saya hanya berpikir bahwa menulis buku dengan cara merekam omongan selama tiga jam pasti memerlukan beberapa persyaratan.
"Jalan Gila" untuk Meningkatkan Diri Dan saya senang pada orang-orang yang berhasil menemukan cara untuk membuat urusan yang mereka tangani jadi sangat enteng. Mereka pastilah orang-orang yang tahu bagaimana cara bertindak efisien, tahu bagaimana meningkatkan kecakapan, dan tahu bagaimana cara memanfaatkan kecakapannya. Jika anda bisa menulis dalam waktu beberapa jam seperti dia, anda akan selalu antusias ketika berurusan dengan tulis-menulis. Selain itu, anda akan memiliki banyak waktu dan cukup energi untuk mengerjakan urusan-urusan lain yang juga penting. Anda akan mengalami kemajuan dalam waktu singkat karena anda cakap dan tahu cara memanfaatkan kecakapan dan sumberdaya yang anda miliki saat ini untuk mempermudah pekerjaan anda. Salah satu pendorong berkembangnya pengetahuan saya kira karena ada orang-orang yang memproduksi pemikiran muluk-muluk tentang sesuatu yang jauh melampaui situasi hari ini. Tanpa itu, orang tidak akan pernah membahas kemungkinan piknik ke Planet Mars. Tanpa pemikiran yang bombastis, orang tidak akan pernah bisa terbang atau melompat keluar dari pagar sempit yang mengungkungnya. Tanpa pemikiran yang muluk-muluk orang tak akan mengembangkan delman menjadi kereta api. Dan ingatlah bahwa orang-orang zaman dulu menyebut kereta api sebagai kuda besi. Memang akan banyak orang yang tidak percaya pada pikiran yang muluk-muluk, misalnya apakah orang bisa menghasilkan buku dalam tiga jam. Tetapi ketika anda punya pikiran seperti itu, dan terus mempertahankannya tidak peduli apa pun pendapat orang, maka diam-diam anda akan mencari jalan untuk mewujudkan itu. Orang lain akan mengatakan, “Gila!” Tetapi kebanyakan orang yang memikirkan jalan-jalan terobosan mungkin memang akan dianggap gila pada mulanya. Inovasi selalu dianggap tidak masuk akal, anda tahu, sampai kemudian orang membuktikan bahwa apa yang dianggap gila itu bisa diwujudkan. Hasrat akan Kemandekan Jika anda punya pikiran bahwa orang bisa menyelesaikan penulisan buku dalam waktu 21 hari, maka diam-diam akan banyak orang yang menganggap anda kehilangan kewarasan. “Saya menulis bertahun-tahun saja tidak rampung-rampung, dan kalaupun rampung belum tentu bagus hasilnya, eh… ini ada teknik menulis buku dalam waktu 21 hari. Buku apa yang bisa ditulis dalam waktu sesingkat itu?” Ada pesan implisit di dalam pernyataan itu bahwa orang lain harus seperti dirinya. Yah, ia penulis yang sudah dikenal, dan ia betul-betul merepotkan. Hanya karena ia menulis bertahun-tahun dan tidak rampung-rampung, maka orang lain harus berbuat seperti dirinya? Lagipula, jika menulis bertahun-tahun belum tentu bagus hasilnya, kenapa dijalani selama itu? Saya menanggapi secukupnya, meski sebetulnya saya ingin bilang, “Anda membuang waktu bertahun-tahun untuk karya yang tidak bagus. Prinsip kecak kapan adalah anda semakin mudah menangani urusan anda, sehingga anda memiliki cukup tenaga untuk urusan-urusan lain demi kebaikan hidup anda. Jika anda tidak bisa mengerjakan urusan anda dalam cara yang semakin mudah, atau sangat mudah, anda tidak akan pernah punya kesempatan untuk mengembangkan diri anda. Semata-mata karena anda terus berkutat dengan kesulitan.” Jadi kepada orang itu, saya menyarankan bahwa sebetulnya akan lebih baik ia menjadi peladang. Sekiranya ia menuruti saran saya, ia akan lebih produktif. Dalam waktu bertahun-tahun ia sudah akan panen lombok atau singkong berkali-kali. Virus 21 Hari Tentang menulis buku dalam 21 hari, saya tahu itu tawaran gila, dan sudah pasti akan dicibir oleh para penulis bangkotan yang meyakini bahwa menulis harus memakan waktu bertahun-tahun. Namun sejumlah orang yang mengikuti program ini tiba-tiba merasa perlu meminta maaf kepada saya karena mereka belum berhasil menyelesaikan penulisan buku atau novel mereka dalam 21 hari. Mereka baru bisa menyelesaikannya dalam waktu 30-an hari. Jika saya tidak menancapkan waktu 21 hari dalam benak orang, siapa pun akan merasa bahwa 30 sekian hari untuk menyelesaikan penulisan novel adalah waktu yang sangat cepat. Hanya karena ada patokan 21 hari, maka mereka perlu meminta maaf bahwa mereka menyelesaikan buku mereka masih agak lambat. Apa yang sesungguhnya terjadi? Mereka mengalami kemajuan pesat. Dibandingkan sebelum-sebelumnya, mereka kini bisa menulis sangat cepat. Itu sebuah kemajuan, sebuah peningkatan. Apa yang semula rumit dan memerlukan waktu lama kini bisa ditangani secara relatif mudah dan membutuhkan waktu jauh lebih singkat. Sekarang beberapa orang meminta izin kepada saya untuk menggunakan materi tersebut sebagai bahan mereka dalam mengajarkan penulisan kreatif. Itu hal yang menyenangkan bagi saya. Dengan demikian, saya tidak bekerja sendirian untuk memperkenalkan teknik ini. Salam, A.S. Laksana Pelatihan Menulis Buku dalam 21 Hari |
A.S. LaksanaBidadari yang Mengembara, KataKita 2004 (Buku sastra terbaik 2004 oleh Majalah Tempo) | Creative Writing, Mediakita 2005 | Podium DeTIK, Kumpulan kolom Podium di tabloid DeTIK | Medan Perang, cerita bersambung di Koran Tempo | Ular di Tapak Tangan, cerita bersambung di Suara Merdeka | Festival sastra Winternachten 2006, Den Haag, Belanda | Pola Sugesti dan Strategi Terapi Milton Erickson, literatur Ericksonian Hypnosis, tranceFormasi 2010 | EFT - Keajaiban di Ujung Jari Anda, tranceFormasi 2010.
|