Kepada peserta pelatihan menulis, saya selalu menyarankan, “Buatlah biodatamu sebagai penulis, seperti biodata penulis yang kaujumpai di buku-buku yang kausukai. Gunakan kata ganti orang ketiga.” Misalnya begini: Muktiyo, adalah penulis yang sepanjang kariernya telah menghasilkan tiga puluh novel dan lima belas buku nonfiksi. Sebelas novelnya menjadi best-seller dengan rata-rata tiap judul terjual sejuta eksemplar. Ia mengakui selalu mendapatkan gagasan setiap pagi dan ia menulis 5.000 kata setiap hari. “Menulis selalu memberi kegembiraan pada saya,” katanya. “Dan menulis adalah berbagi kegembiraan dengan pembaca.... dst.
Itu hanya contoh. Sekarang kau boleh mengimajinasikan dirimu sebebas mungkin tanpa menyensor diri sendiri. Tidak peduli seperti apa pun situasimu sekarang, kau boleh menuliskan biodatamu dalam gambaran terbaik yang bisa kaubayangkan. Tulis saja dengan rileks, ini biodata untuk kaubaca sendiri. Orang lain mungkin akan membacanya lima atau sepuluh tahun mendatang, tetapi sekarang ia hanya milikmu.
Simpan biodatamu ini baik-baik setelah kau selesai menuliskannya--jika kau takut atau malu ada orang lain yang ikut membacanya. Yang jelas, sekali kau menulisnya, ia akan melekat dalam ingatanmu selamanya. Dan adalah hal yang baik untuk memiliki ingatan baik tentang diri sendiri.
Saran saya, orang lain tak perlu tahu. Bahkan orang terdekatmu mungkin tidak akan mendukung atau melakukan apa pun yang bisa membantumu sekiranya mereka membaca biodatamu. Sementara teman yang cenderung sinis mungkin akan mencibirmu.
Tirulah apa yang Sulaiman lakukan. Ia tidak merasa perlu menyampaikan isi pikirannya kepada teman-teman, atau bahkan kepada ponakannya, ketika ia menyimpan obsesi untuk membangun Masjidil Aqsa. Jadi, untuk biodatamu, saat ini cukup kau sendiri yang membacanya. Orang-orang lain akan membaca pada saatnya, dan kaulah orang pertama yang perlu membaca biodata itu. Bacalah pada malam hari menjelang tidur. Bacalah sampai kau terobsesi, seperti Sulaiman terobsesi untuk membangun kuil pemujaan bagi tuhannya.
Itu hanya contoh. Sekarang kau boleh mengimajinasikan dirimu sebebas mungkin tanpa menyensor diri sendiri. Tidak peduli seperti apa pun situasimu sekarang, kau boleh menuliskan biodatamu dalam gambaran terbaik yang bisa kaubayangkan. Tulis saja dengan rileks, ini biodata untuk kaubaca sendiri. Orang lain mungkin akan membacanya lima atau sepuluh tahun mendatang, tetapi sekarang ia hanya milikmu.
Simpan biodatamu ini baik-baik setelah kau selesai menuliskannya--jika kau takut atau malu ada orang lain yang ikut membacanya. Yang jelas, sekali kau menulisnya, ia akan melekat dalam ingatanmu selamanya. Dan adalah hal yang baik untuk memiliki ingatan baik tentang diri sendiri.
Saran saya, orang lain tak perlu tahu. Bahkan orang terdekatmu mungkin tidak akan mendukung atau melakukan apa pun yang bisa membantumu sekiranya mereka membaca biodatamu. Sementara teman yang cenderung sinis mungkin akan mencibirmu.
Tirulah apa yang Sulaiman lakukan. Ia tidak merasa perlu menyampaikan isi pikirannya kepada teman-teman, atau bahkan kepada ponakannya, ketika ia menyimpan obsesi untuk membangun Masjidil Aqsa. Jadi, untuk biodatamu, saat ini cukup kau sendiri yang membacanya. Orang-orang lain akan membaca pada saatnya, dan kaulah orang pertama yang perlu membaca biodata itu. Bacalah pada malam hari menjelang tidur. Bacalah sampai kau terobsesi, seperti Sulaiman terobsesi untuk membangun kuil pemujaan bagi tuhannya.